Wednesday, October 9, 2013

Sebuah renungan di malam hari, benarkah yang kita lakukan?

Ketika semua orang berhenti memiliki harapan, adakah jalan keluar dari semuanya?
ketika semua orang berhenti meraih apa yang diinginkan, adakah jalan keluarnya?
ketika semua orang berhenti untuk memiliki kepedulian, adakah jalan keluarnya?
Sebuah fenomena yang telah terjadi di belahan bumi Indonesia, dimana harapan, keinginan, cita-cita, kepedulian dan sifat-sifat humanisme semuanya telah hilang-hancur berkeping-keping diakibatkan situasi, kondisi negara yang seperti ini. Jiwa-jiwa gotong royong telah hilang, jiwa-jiwa kebersamaan telah hilang, nasionalisme; agama; luluh lantah diterjang badai sosial dan teknologi yang menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Tetapi, dari itu semua masih adakah manusia-manusia yang berkeinginan untuk melawan, membumi-hanguskan badai-badai yang mengakibatkan masyarakat Indonesia mengalami apa yang disebut dengan "Demoralisasi". Apakah kalau ada manusia-manusia seperti itu? yang siap menjadi idealis, reformis dan siap menjadi peluru bagi nilai-nilai humanisme?
Salam cinta bagi pemilik dunia ini, Tuhan semesta alam
Salam cinta bagi orang-orang yang telah membangun dunia ini menjadi lebih baik lagi
Salam cinta bagi mahasiswa yang masih tegak berdiri dan siap melawan ketidakadilan
Memang, ketegasan itu sulit untuk dilaksanakan bagi setiap orang dan begitu juga sebaliknya, ketika seseorang sudah memiliki prinsip (fanatikkah?) sangat sulit untuk ditembus. Kriteria yang seperti ini yang diinginkan, ketika badai-badai demoralisasi menghantam kehidupan masyarakat yang tinggal di tanah yang kita cintai ini.

Sebuah makna yang terlupakan. Sebuah hal yang terlindas. Sebuah memori yang terhapus. Sebuah keinginan yang mulai pudar. Sebuah cita-cita yang mulai turun. Benarkah kata Ir. Soekarno, "Bermimpilah setinggi bintang di langit, walaupun jatuh, masih jatuh di area langit"?

Sebuah kata-kata dari generasi yang frustasi akibat adanya sistem yang saling menjatuhkan. Hidup seperti lomba, anda dituntut untuk berlari sekencang-kencangnya untuk mendapatkan rezeki secara materi dan non materi, layaknya seekor keledai yang didepan matanya terdapat wortel fatamorgana. Apakah mengejar itu layak dengan kehidupan yang kita inginkan? atau bolehkah kehidupan ini aku atur? aku inginkan?

Lucu, menarik, indah, susah, takut, frustasi, putus asa, sakit hati, semangat merupakan hal yang tidak dapat dilihat dan anehnya itu merupakan realita yang sekarang ini terjadi. Benar, ketika seseorang memperjuangkan sampai tetes darah penghabisan, hingga rela berkorban secara materi; banyak orang-orang yang menikmati hasil perjuangan satu orang saja. Benarkah aku ini hanya sebuah epilog? sebuah pengikut? atau follower saja di dunia ini?

No comments:

Post a Comment

DMCA Protection