Ada hal yang menarik ketika kita membandingkan karakter masyarakat yang sedang berkembang versus masyarakat maju. Salah satu tolak ukur perbedaan diantara kedua masyarakat tersebut adalah ditinjau dari aspek psikologi personal setiap individu dalam masyarakat tersebut.
Individu yang ada di dalam masyarakat berkembang akan membentuk kelompok-kelompok yang nantinya kelompok tersebut akan membentuk sebuah tatanan masyarakat. Tentunya, masyarakat di masing-masing kelompok tersebut akan membentuk sebuah tatanan yang bersifat kompetisi dan bersaing (terlepas sehat atau tidak) sehingga menimbulkan sebuah sistem peringkat.
Masyarakat di masing-masing tingkat itu akan menunjukkan tingkat diferensiasi sosial yang sama, yang telah dikembangkannya, dicapai atau diriunya dari masyarakat lain sebagai suatu penyelesaian integrative yang sebanding. Kesamaan dalam cara-cara diferensiasi dan dalam penyesuaian integratif inilah yang dinyatakan oleh Parsons dengan sebuah istilah yaitu evolusi universal. Secara defenitif evolusi universal adalah setiap perkembangan organisasi sosial yang cukup penting untuk mendorong evolusi sosial selanjutnya, yang mungkin ditemukan melalui berbagai sistem yang bekerja di bawah kondisi yang berbeda-beda.
Kerancuan yang ada dalam karakter suatu bangsa adalah tidak adanya kebenaran yang hakiki dalam melaksanakan peran dirinya sendiri dalam masyarakat atau bangsa. Permasalah ini timbul karena, karakter yang dibangun oleh suatu bangsa pada masyarakatnya tidak didasari oleh adanya hal-hal yang bersifat fundament. Tentunya, hal yang bersifat fundament itu dapat dibangun melalui konsep kebudayaan yang berdasarkan nilai-nilai kepribadian bangsa tersebut.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki permasalahan sosial terutama di bidang budaya masyarakatnya. Hal ini tampak dengan begitu banyaknya budaya yang masuk ke dalam kepribadian masyarakat Indonesia sehingga bukan menghasilkan budaya baru ataupun menguatkan budaya yang lama, tetapi menghancurkan budaya sendiri. Terjadinya fenomena seperti ini mengakibatkan adanya sebuah sistem yang rusak sehingga memiliki efek menghancurkan konsep pemikiran orang Indonesia.
Barbara Ward, dalam bukunya yang berjudul Lima Pokok Pikiran Yang Mengubah Dunia menuliskan Nasionalisme, Industrialisme, Kolonialisme, Komunisme dan Internasionalisme merupakan 5 hal yang mampu mengubah tatanan kebudayaan masyarakat dunia. Menariknya adalah, kelima hal tersebut telah dialami oleh bangsa Indonesia sehingga budaya dan karakter bangsa Indonesia terkesan campur aduk.
Kemudian didukung sejarah awal budaya Indonesia merupakan negara kerajaan yang didasari oleh agama-agama besar yaitu Hindu, Buddha, Nasrani, dan Islam. Kecenderungan terjadinya interferensi antar budaya di bidang agama mengakibatkan karakter budaya bangsa senantiasa mengikuti alur perkembangan aspek sosiologis budaya agama.
Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Akan tetapi masalah agama berbeda dengan masalah pemerintahan dan hukum,yang lazim menyangkut alokasi serta pengendalian kekuasaan. Berbeda dengan lembaga ekonomi yang berkaitan dengan kerja, produksi dan pertukaran. Dan juga berbeda dengan lembaga keluarga yang mengatur serta memolakan hubungan antar jenis kelamin, antar generasi yang diantaranya berkaitan dengan pertalian keturunan serta kekerabatan. Masalah inti dari agama tampaknya menyangkut sesuatu yang kabur serta tidak dapat diraba, yang realitas empirisnya sama sekali belum jelas. Ia menyangkut dunia luar (the beyond), hubungan manusia dengan sikap terhadap dunia luar itu, dan dengan apa yang dianggap manusia sebagai implikasi praktis dari dunia luar tersebut terhadap kehidupan manusia. Dalam kalimat sosiolog Itali Vilfredo Pareto, masalah ini menyangkut dengan apa yang disebut “pengalaman transenden”, mengartikan pengalaman atas kejadian yang ada sehari-hari dan yang dapat diamati atau penyaringan dan penanganan yang sistematis terhadap pengalaman secara ilmiah.
Asumsi ini sekiranya dapat dikatakan benar dengan melihat karakter budaya di masyarakat berkembang terutama di Indonesia. Ketika terjadi perubahan sosio-kultural terjadi di suatu tatanan masyarakat, seharusnya bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki karakter yang memiliki ciri khas yang baik karena didukung oleh faktor agama tersebut. Justru dengan adanya agama, sebenarnya manusia dalam menghadapi tantangan kehidupan tidaklah berdiri sendiri, karena bersamaan ada pegangan dan tuntunan hidup. Dan siapa saja yang mengikuti dan mengaktualitaskan petunjuk dan tuntunan hidup itu dalam dirinya, niscaya ia tidak pernah khawatir dan bersedih hati (QS 2:38).