Zeolit sebagai adsorbent dalam penjernihan air dan gas terkontaminasi telah banyak digunakan oleh banyak orang. Penjernihan tersebut dapat dilakukan karena zeolit memiliki karakteristik yang unik pada strukturnya. Zeolit yang merupakan batuan alam adalah mineral alumunium silikat yang memiliki pori-pori mikro yang secara komersial sering digunakan sebagai adsorbent. Pori-pori mikro tersebut seakan-akan membuat zeolit layaknya seperti saringan alam dengan tingkat saringan yang kecil.
Disamping itu, zeolit merupakan alumunium silikat yang memiliki kemampuan untuk mengikat ion-ion positif (ion exchange) sehingga proses penyerapan yang dilakukan oleh zeolit adalah menggunakan pori-pori ditambah dengan pertukaran ion.Pada proses pertukaran ion pada zeolit adalah merupakan proses penangkapan ion-ion positif (kation) yang pada umumnya merupakan logam-logam pada alkali dan alkali tanah. Ini menunjukkan struktur dasar pada zeolit yang masih alumunium silikat sehingga ketika dilakukan aktivasi maka, unsur oksigen yang seharusnya mengikat silikon menggunakan 2 rantai hanya mengikat dengan 1 rantai. Sehingga, rantai yang lain akan bersifat ion negatif.
Aktivasi zeolit secara kimia dengan tujuan untuk membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang dapat dipertukarkan. Proses aktivasi zeolit dengan perlakuan asam seperti HCl dan H2SO4 pada konsentrasi 0,1 N hingga 1 N menyebabkan zeolit mengalami dealuminasi dan dekationisasi yaitu keluarnya Al dan kation-kation dalam kerangka zeolit. Aktivasi asam menyebabkan terjadinya dekationisasi yang menyebabkan bertambahnya luas permukaan zeolit karena berkurangnya pengotor yang menutupi pori-pori zeolit. Luas permukaan yang bertambah diharapkan meningkatkan kemampuan zeolit dalam proses penyerapan.
Tingginya kandungan Al dalam kerangka zeolit menyebabkan kerangka zeolit sangat hidrofilik. Sifat hidrofilik dan polar dari zeolit ini merupakan hambatan dalam kemampuan penyerapannya.
No comments:
Post a Comment