Djangan bikin kepalamu mendjadi perpustakaan. Pakailah pengetahuanmu untuk diamalkan. Sebuah kalimat dari pemimpin revolusi republik ini yang tertulis dalam bukunya "Penyambung lidah rakyat". Kalimat yang menyuruh kita untuk berpikir secara konseptual dan tidak berdasarkan tekstual saja. Tentunya hal ini menjadi tolak ukur setiap ilmuwan dalam melakukan riset untuk mendapatkan tujuan penelitian.
Pemikiran bung karno yang tertanam dalam pikirannya selalu dituangkannya dalam sebuah buku yang selalu menjadi teman sehari-harinya. Maka, sudah sewajarnya bahwa Soekarno bukan saja sebagai salah satu tokoh pemimpin revolusi negeri ini, tetapi juga sering dijadikan role model tokoh pendidikan di negeri ini. Sebut saja peristiwa2 yang sering dikenal "walaupun di dalam penjara tetap membaca buku" atau buku-bukunya yang sampai sekarang masih terdengar kabarnya seperti Indonesia Menggugat, Penyambung Lidah Rakyat, Dibawah Bendera Revolusi, Amanat Penderitaan Rakyat. 4 judul tersebut merupakan buku-buku yang telah ditulis beliau semasa hidupnya. Tetapi kali ini, bukan permasalahan bung karno yang akan kita bahas, melainkan mengenai membaca buku bertujuan bukan untuk membikin perpustakaan saja melainkan untuk diamalkan dan untuk berbagi.
Berawal dari sebuah diskusi mengenai aristokrasi dan oligarki membuat saya ingin menuliskan hasil pemikiran kami dalam grup, tentunya ini bersesuaian dengan pembahasan di awal. Berikut kira-kira hasil diskusi mengenai Manusia dan tujuan (menurut pandangan diskusi kami) mengapa manusia diciptakan memiliki perbedaan
Sebuah teori pengantar mengenai hal tersebut berawal dari Manusia itu mempunyai keturunan yang sama, dan Allah SWT sebenarnya mudah saja untuk membuat semua manusia itu seragam dari segi fisik seperti wajah, tinggi badan, warna kulit, kesehatan dan lain sebagainya. Begitu pulak dengan sifat non fisik seperti rezeki, takdir, karir, kekayaan, kekuasaan. Namun, pada kenyataannya manusia itu diciptakan berbeda-beda dari sisi fisik dan non fisik.
Mengingat Allah SWT itu adalah sumber dari segala Maha kebijaksanaan, kecerdasan dan keilmuan yang menciptakan 7 lapis langit dan bumi, pasti setiap penciptaan-Nya memiliki manfaat dan maksud tertentu. Yang menjadi pembahasan sekaligus pertanyaan dalam diskusi ini adalah Mengapa Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda dari sisi fisik dan non fisik? Menarik untuk diperbincangkan karena hal ini merupakan ilmu pengetahuan yang perlu dikaji. Perbedaan mendasar yang terjadi pada manusia adalah bahwa Manusia itu diciptakan berbeda dapat dilihat dari jenis kelamin yang secara substansi merupakan sebuah perbedaan secara fisik maupun non fisik. Namun, di awal dari teori pengantar perbedaan yang ada itu merujuk kepada perbandingan, mengapa ada ada cantik? apakah karena ada jelek? begitu pula halnya dengan Mengapa ada tinggi dan panjang? Itu semua didasarkan karena sesuatu hal dibandingkan dengan hal yang lain. Justru perbedaan itu seharusnya menunjukkan sesuatu yang lain yang tidak ada kesamaannya.
Ada juga yang berpendapat bahwa perbedaan yang tercipta dari Allah SWT berawal dari mengapa manusia terdiri darai beragam jenis ras? Padahal manusia itu berawal dari satu jenis yang sama yaitu Nabi Adam AS dan Hawa. Jawabannya adalah Allah menciptakan ras manusia, tidak berhenti pada menciptakan adam saja. Ini berarti teori mendel dan hereditas berlaku. Benar akan hal tersebut, hanya saja yang menjadi permasalahan ras cuma ada 1 yaitu ras manusia. Terjadinya ras itu karena adanya perbandingan, justru kalau hanya memakai teori hereditas asumsi yang terjadi adalah itu hanya bersumber dari 2 manusia. Semua berasal dari genetika DNA ketika lingkungan berbeda maka gen kita mencoba menyesuaikan kondisinya, itu memang masalah ras dan kelompok yang berbeda. Tetapi bukankah itu berawal dari jenis yang sama? Mengapa di akhirnya terjadi perbedaan?
Sehingga timbul beberapa asumsi yaitu kalau dari dimensi spiritual, Allah SWT melihat semua manusia sama, yang membedakan hanya amal ibadahnya, dan Allah SWT meninggikan sedikit derajat orang-orang yang berilmu. Point-point penting yang menjadi substansi berupa:
Saling Mengenal. Manusia itu diciptakan berbeda-beda karena Allah SWT ingin setiap manusia itu dapat belajar dari perbedaan yang ada. Setiap manusia memiliki sisi fisik dan non fisik yang berbeda, sehingga hubungan sosial antar manusia pasti akan susah terjadi jika kita tidak dapat mengenal orang lain. Ketika kita dapat mengenal dan memahami perbedaan yang ada, maka perbedaan menjadi bukan masalah. Seperti permainan puzzle yang memiliki bentuk yang berbeda-beda tetapi saling melengkapi.
Keseimbangan. Perbedaan manusia akan menimbulkan sebuah teori sosial yaitu adanya golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan yang terbentuk ini memiliki fungsinya masing-masing dan saling melengkapi sehingga terjadi keseimbangan dalam kehidupan manusia. Lihat saja yang terjadi pada proses pemerintahan. Pemerintah yang mengabdi untuk rakyatnya dan rakyat yang bekerja untuk pemerintahnya. Ketika salah satunya tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka keseimbangan akan terganggu dan muncul gesekan antar golongan. Ketika tidak terjadi ketidakseimbangan, seccara alamiah setiap golongan akan bergerak ke arah keseimbangan kembali dan keadaan yang setimbang terjadi.
Bersyukur. Karena perbedaan pasti ada maka dengan mensyukuri apa yang diberikan Allah SWT kepada kita dari sisi fisik dan non fisik maka potensi gesekan antar golongan dapat dikurangi dan menjadikan kita lebih bahagia dalam hidup ini karena tidak terbebani oleh perbedaan yang ada.
Dari 3 point diatas timbul suatu pertanyaan dari peserta diskusi yaitu Kalau lah memang tujuannya untuk saling mengenal lantas bagaimana dengan keadaan sekarang yang telah tampak secara jelas banyak perbedaan diantara manusia tersebut tetapi manusia tidak mengenal dan memahami perbedaan yang ada? Tentunya perbedaan itu sudah hal yang mutlak. Kita dapat menjadikan manusia menjadi seragam. Sehingga yang harus dilakukan adalah kita mengenal kelemahan dan kelebihan orang lain dari sisi fisik dan non fisik, kemudian kita bisa menghindari gesekan yang terjadi dan menjadi penyokong satu sama lain. Lebih mudah dengan memahami bagaimana cara suatu puzzle disusun. Setiap bagian puzzle memiliki sisi yang berbeda, tetapi setiap bagian itu dapat disusun sehingga menghasilkan suatu yang indah. Bukankah persatuan itu terjadi ketika adanya perbedaan-perbedaan yang tercipta?